Ada perbedaan definisi macet versi Indonesia dan versi New Zealand. Dasar orang Indonesia, hal yang sebenarnya di sini menurut pandangan orang Indonesia belum macet, tapi orang sini sudah bilang macet parah. Hehe..., saya juga jadi serba bingung.
Banyak hal-hal paradox juga yang saya temukan di sini. Tapi saya belum bisa cerita sekarang, mungkin lain kali aja. Karena masih dalam proses analisa.
Ketepatan waktu sangat dihormati di sini, karena kita memang sangat mudah mencapainya di sini. Kota yang hampir tanpa ada kemacetan. Orang Indonesia yang ada di sini pun akhirnya ikut terbawa irama itu.
Jalan-jalan didesain sangat mudah untuk dilalui oleh orang-orang cacat, apalagi orang-orang normal dan sehat. Jika Anda keranjingan skate board dan bersepada, di New Zealand mendukung untuk itu.
Trotoar untuk akses pedestrian (pejalan kaki dan orang cacat) di desain sangat mudah untuk dilalui. Beda sekali dengan di Indonesia yang trotoarnya memiliki level lebih tinggi kadang sampai 20 cm, jangankan untuk orang cacat dan kendaraannya, untuk jalan orang normal saja bisa kesandung-sandung alias nggak nyaman.
Jika hari Sabtu malam minggu, kebanyakan orang di sini mengadakan party, atau minum-minuman keras. Inilah yang alhamdulillah tidak atau jarang kita temukan di Indonesia. Udara yang dingin di sini mungkin mendukung untuk melakukan itu. Hari Minggu pagi, cobalah keliling kota. Maka Anda menemukan banyak botol atau pecahan botol berserakan di mana-mana. Kadang bekas muntahan orang mabuk juga mudah kita temukan.
Orang di sini suka jalan kaki, jarang saya temukan orang sini yang mengalami obesitas. Kaki wanita dan gadis di sini indah-indah karena terbentuk saat berjalan kaki. Cowok-cowoknya juga banyak yang ganteng dan berbadan cukup atletis, ini karena di sini mereka suka olah raga.
Anda tidak akan sulit menemukan orang seperti Brad Pitt atau Tom Cruise di sini. Sangat mudah. Jika Anda penggemar Angelina Jolie atau Scarlet Johanson, di sini juga banyak yang lebih cantik dari itu. Orang berbadan seperti Pamela Anderson juga sangat banyak di sini.
Budaya pacaran di sini juga sangat berbeda dengan di negara kita. Di sini cowok dan cewek meskipun sudah pacaran, makan malam bersama ya bayar sendiri-sendiri. Asas kemandirian masing-masing kayaknya ada di benak mereka. Jadi, kalo Anda mau pacaran di sini jangan khawatir akan bangkrut cepat. Hehe....
Kota Wellington adalah kota kecil, dengan penduduk kurang lebih 350.000 jiwa, kalah besar dengan kota Solo yang mencapai lebih dari 500.000 jiwa di tahun 2003. Sedang Auckland hanya mencapai 1,3 juta jiwa, sekali lagi kalah besar dengan penduduk kota Semarang yang berpenduduk lebih dari 1,4 juta jiwa di tahun 2005.
Saya pribadi sebenarnya berharap, ibukota negara dipindahkan ke kota yang lebih kecil. Jakarta sudah tidak efektif lagi menjadi pusat pemerintahan. Kesibukan, kemacetan, bising dan ketidaknyamanan tentu bukan alasan utama. Tapi lebih kepada pemerataan kesejahteraan. Mau tak mau saat kota kecil berubah menjadi ibu kota negara, tentu akan membangkitkan geliat ekonomi baru.
Yah,,,begitulah. Masih ada banyak hal yang harus saya pelajari disini dan kemudian mudah-mudaha bermanfaat bagi bangsa Indonesia. Saya merindukan Indonesia, keluarga, makanannnya, panasnya dan cabenya.
2 komentar:
Waduuhh...bagus nih
wah.... keren gan...
by the way. ane mo tanya. biaya kuliah+biaya hidup/bulan di nz brapa gan ??
Posting Komentar