Aku cinta Semarang. Inilah kata-kata pertama yang muncul dalam benak saya. Selama lima tahun saya menghabiskan waktu di kota ini untuk menyelesaikan kuliah jurusan Teknik Sipil saya. Sampai akhirnya saya nyangsang (nyangkut) di hati seorang mahasiswi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, kota Depok nun jauh di barat sana. Istri yang selalu menemaniku di kala susah dan senang, she is my lovely wife.
Saya masih ingat betul dengan dosen-dosen saya seperti Pak Saratri Wilonoyudo, Pak Ispen, Pak Lashari, Bu Sri Handayani, Pak Nur Qudus dan dosen-dosen lainnya. Pokoknya saya ucapkan terima kasih atas bantuan mereka semua.
Saya suka kekhasan kota Semarang. Ada Lumpia di Jl. Pandanaran, sego (nasi) kucing di dekat kampus, Masjid Agung, Gereja Blenduk, Gunung Pati (hehe... ini sih kampus saya) dan kawasan Kota Tua nun indah yang sekarang sering kerendam rob. Tidak tahu kapan pemerintah daerah bisa memanfaatkan kawasan itu dengan baik dan menjadikannya obyek wisata yang mengagumkan.
Simpang Lima, ya inilah tempat favorit saya dulu. Sembari nongkrong di Masjid Agung Simpang lima saya suka menikmati pemandangan saat malam hari. Mau jajan? Hehe... saat itu masih mahasiswa jadi cuma melihat saja. Bagi saya Simpang Lima adalah bagaikan Manners Mall atau Cuba Street di Wellington New Zealand. Bedanya kalau di Semarang masak pakai cabe, kalau di New Zealand cuma pakai lada. Nggak pedes..., nggak Indonesia banget.
I love my country.
0 komentar:
Posting Komentar